dollar

Selasa, 14 Agustus 2012

Kisah Nyata, Arwah Ibu Kunjungi Jenazah Anak


Kisah ini diceritakan oleh seorang ustaz yang bertugas memandikan mayat orang Islam di rumah sakit. Sekitar jam 3.30 pagi, saya menerima panggilan dari Hospital Tengku Ampuan Rahimah Klang, Selangor untuk mengelola jenazah pria yang sudah seminggu tidak dituntut. Di luar kamar mayat itu cukup dingin dan gelap serta sunyi dan hening.

Hanya saya dan seorang penjaga kamar tersebut yang berada dalam kamar tersebut. Saya membuka dengan hati-hati penutup muka jenazah. Kulitnya putih, badannya kecil dan berusia awal 20-an. Allah Mahakuasa. Tiba-tiba saya lihat muka jenazah itu sedikit demi sedikit berubah menjadi hitam. Mulanya saya tidak menganggap ia sebagai aneh, namun ketika semakin lama semakin hitam, hati saya mulai bertanya-tanya. Saya terus menatap perubahan itu dengan teliti, sambil di hati tidak berhenti-henti membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Detik demi detik berlalu, wajah jenazah semakin hitam. Setelah lima menit berlalu, barulah ia berhenti berubah warna. Ketika itu wajah mayat tersebut tidak lagi putih seperti warna aslinya, tetapi hitam seperti terbakar. Saya keluar dari kamar tersebut dan duduk termenung memikirkan kejadian aneh yang terjadi itu. Berbagai pertanyaan timbul di kepala saya apakah yang sebenarnya telah terjadi? Siapakah pemuda itu? Mengapa wajahnya berubah hitam? Persoalan demi persoalan muncul di pikiran saya.

Sedang saya termenung tiba-tiba saya temukan ada seorang wanita berjalan menuju ke arah saya. Satu lagi pertanyaan timbul, siapa pula wanita ini yang berjalan seorang diri di kamar mayat pada pukul 4.00 pagi. Semakin lama dia semakin dekat, dan tidak lama kemudian berdiri di depan saya. Dia berusia 60-an dan memakai baju kurung.

Ustaz, "kata wanita itu." Saya dengar anak saya meninggal dunia dan sudah seminggu mayatnya tidak dituntut. Jadi saya nak tengok jenazahnya. "Kata wanita tersebut dengan lembut.


Meskipun hati saya ada sedikit tanda tanya, namun saya membawa juga wanita itu ke tempat jenazah tersebut. Saya tarik laci 313 dan buka kain penutup wajahnya

"Betulkah ini mayat anak mak cik?" Tanya saya. "Ibu rasa benar ... tapi kulitnya putih." Makcik lihatlah benar-benar. "Kata saya. Setelah ditelitinya jenazah tersebut, wanita itu begitu yakin yang mayat itu adalah anaknya. Saya tutup kembali kain penutup mayat dan menolak kembali lacinya ke dalam dan membawa wanita itu keluar dari kamar mayat. Tiba di luar saya bertanya kepadanya.

"Ibu, ceritakanlah kepada saya apa sebenarnya yang terjadi sampai wajah anak mak cik berubah jadi hitam?" tanya saya.Wanita itu tidak mau menjawab sebaliknya menangis terisak-esak.Saya ulangi pertanyaan tetapi ia masih enggan menjawab.Dia seperti menyembunyikan sesuatu. "Baiklah, kalau mak cik tidak mau bilang, saya tak mau uruskan jenazah anak mak cik ini." kata saya untuk menggertaknya.

Bila saya berkata demikian, barulah wanita itu membuka mulutnya.Sambil menyeka airmata, dia berkata, "Ustadz, anak saya ni memang baik, patuh dan taat kepada saya.Jika dikejutkan di waktu malam atau pagi supaya buat sesuatu kerja, dia akan bangun dan buat kerja itu tanpa membantah sepatahpun.Dia memang anak yang baik.tapi ... " tambah wanita itu lagi "ketika makcik kejutkan dia untuk bangun shalat, Subuh misalnya, dia mengamuk marahkan mak cik.Kejutlah dia, suruhlah dia pergi ke toko, dalam hujan lebat pun dia akan pergi, tapi kalau dikejutkan supaya bangun shalat, anak makcik ini akan terus naik angin.Itulah yang mak cik kesalkan. " kata wanita tersebut.

Jawabannya itu mengagetkan saya.Teringat saya kepada hadits nabi bahwa barang siapa yang tidak shalat, maka akan ditarik cahaya iman dari wajahnya.Mungkin itulah yang berlaku.Wajah pemuda itu bukan saja ditarik cahaya keimanannya, bahkan diaibkan dengan warna yang hitam.

Setelah menceritakan perangai anaknya, wanita tersebut meminta diri untuk pulang.Dia berjalan dengan cepat dan hilang dalam lingkungan yang gelap.Kemudian saya pun memandikan, mengapankan dan menyembahyangkannya.

Selesai urusan itu, saya kembali ke rumah semula.Saya harus balik secepatnya karena harus bertugas keesokan harinya sebagai imam di Masjid Sultan Sallehuddin Abdul Aziz Shah, Shah Alam.Selang dua tiga hari kemudian, entah kenapa hati saya begitu tergerak untuk menghubungi waris mayat pemuda tersebut. Melalui nomor telepon yang diberikan oleh Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah, saya hubungi saudara almarhum yang agak jauh hubungan persaudaraannya.

Setelah memperkenalkan diri, saya berkata, "Pak, kenapa bapak biarkan orang tua itu datang ke rumah sakit seorang diri di pagi-pagi hari.Rasanya lebih elok kalo bapak dan keluarga bapak yang datang sebab bapak tinggal di Jakarta lebih dekat dengan Jakarta." Pertanyaan saya itu menyebabkan dia terkejut, "Orang tua mana pula?" katanya.

Saya ceritakan tentang wanita tersebut, tentang bentuk badannya, wajahnya, tuturannya serta pakaiannya. "Kalau wanita itu yang ustadz katakan, perempuan itu adalah emaknya, tapi .... emaknya dah meninggal lima tahun lalu!" Saya terpaku, tidak tahu apa yang hendak dikatakan lagi.Jadi 'apakah' yang datang menemui saya pagi itu?

Walau siapa pun wanita itu dalam arti kata sebenarnya, saya yakin ia adalah 'sesuatu' yang Allah turunkan untuk memberitahu kita apa yang sebenarnya telah terjadi hingga menyebabkan wajah pemuda tersebut berubah hitam.Peristiwa tersebut telah terjadi lebih setahun lalu, tapi masih segar dalam ingatan saya . Ia mengingatkan saya pada sebuah hadits nabi, yang berarti bahwa jika seseorang itu meninggalkan shalat satu waktu dengan sengaja, dia akan ditempatkan di neraka selama 80.000 tahun.Bayangkanlah siksaan yang akan dilalui karena satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia.
Kalau 80.000 tahun?

Ingatlah .. siksa meninggalkan shalat fardhu ini sangat dahsyat dan tidak putus-putus siksaannya dari kehidupan dunia sampai kehidupan akhirat .. Semoga kita semua mengambil pelajaran dari cerita ini dan menjadi orang yang selalu menjaga shalat, InsyaAllah .. -Via Islam Iman Ihsan

P / s: Ambillah pengajaran dari cerita diatas ini. Semoga kita semua tidak menjadi seperti cerita ini. Amin. InsyaAllah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger